Tak hanya di Indonesia, kultur ngopi di dunia memang telah ada sejak berabad-abad lalu. Penanaman kopi dengan tujuan komersil, terjadi pada abad 15 di negara-negara Arab. Hingga kini, terdapat lebih dari 55 jenis kopi. Namun, yang ditanam secara komersil hanya tiga jenis, yaitu robusta, arabica, dan liberica, dan tentu saja ini ada sejarahnya.
Kala itu, bangsa Arab memonopoli penjualan kopi. Namun, karena permintaannya banyak, beberapa negara mulai mencari keberadaan kopi. Belanda yang pertama kali menemukannya dan akhirnya jenis kopi arabica mulai menyebar ke seluruh dunia.
Pada awal abad 20, seluruh tanaman kopi arabica di dunia mati karena serangan penyakit yang berujung pada pasar kopi dunia anjlok. Orang kemudian mencari alternatif dan mendapatkan kopi jenis liberica.
Sayangnya, rasa kopi liberica tidak seenak arabica dan tanamannya pun tetap saja terkena penyakit. Selain itu, hasil panen per hektar setiap tahunnya hanya lebih sedikit. Saat itulah kopi robusta mulai terkenal, karena ia tahan penyakit dan dapat tumbuh di mana-mana.
Kopi di Indonesia
Di Indonesia sendiri, kopi adalah minuman wajib di setiap rumah, walaupun terkadang tak ada satu pun anggota keluarga yang doyan ngopi. Namun, setiap ada tamu singgah, kopi menjadi salah satu minuman yang ditawarkan, selain teh.
Menurut Andanu Prasetyo, seorang barista dan pecinta kopi, pertama kali kopi masuk ke Indonesia adalah pada masa kolonialisme Belanda pada tahun 1696. Kala itu, arabica lah jenis kopinya. Belanda menanam tanaman-tanaman yang dapat diperdagangkan, salah satunya adalah kopi.
"Tadinya kopi pertama kali ditanam di Jakarta, namun karena datarannya tidak terlalu rendah jadi gagal. Akhirnya ditanam lah di Jawa Barat dan saat itu berjalan dengan baik," ujarnya saat ditemui di acara Weekend at The Museum bertajuk Coffee Story di Museum Nasional, Minggu, 8 Februari 2015.
Ya, di Jakarta kopi ditanam pertama kali di daerah yang saat ini dikenal dengan nama Pondok Kopi di Jakarta Timur.
Saat kultur stelsel atau tanam paksa, kopi menjadi salah satu yang paling banyak ditanam rakyat Indonesia. Sayangnya, kopi-kopi yang berkualitas lebih banyak diekspor. Masyarakat Indonesia cuma mendapatkan daunnya sehingga saat itu sempat ada yang dinamakan kopi daun atau disebut Aia Kawa di Sumatera Barat.
Cara membuat kopi daun hampir sama dengan menyeduh teh. Daun kopi yang dipercaya mengandung kafein disangrai terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan air panas.
Kopi lalu menjadi komoditas dagang andalan VOC. Tahun 1706, kopi yang dipanen dari tanah Jawa diteliti di Amsterdam dantahun 1714 hasil penelitian diperkenalkan dan ditanam di jardin ds Plantes oleh raja Lous XIV.
Ekspor kopi Indonesia pertama kali dilakukan tahun 1711 oleh VOC dan dalam kurun waktu 10 tahun meningkat hingga 60 ton per tahun.
Pria yang biasa disapa Tyo itu juga menambahkan bahwa penanaman kopi awal di Indonesia 82 persen dilakukan di Jawa.
"Itu lah mengapa kata 'Java' atau yang bererti Jawa dalam bahasa Inggris identik dengan kopi dan sangat dikenal di luar Indonesia khususnya oleh masyarakat Eropa," jelas pemilik kedai kopi, Toodz Hoouse itu.
Mereka menyebut minuman kopi dengan sebutan 'secangkir Jawa'. Hingga pertengahan abad ke-19, kopi Jawa menjadi kopi terbaik di dunia.
Selama 1 3/4 abad kopi arabika merupakan satu-satunya jenis kopi komersial yang ditanam di Indonesia. Tapi kemudian perkembangan budidaya kopi Arabika di Indonesia mengalami kemunduran hebat.
Seperti di berbagai belahan dunia lainnya, tanaman kopi arabica terkena serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix). Penyakit tersebut masuk ke Indonesia sejak tahun 1876. Akibatnya kopi arabika yang dapat bertahan hidup hanya yang berada pada ketinggian 1000 meter ke atas dari permukaan laut karena serangan penyakitnya tidak terlalu hebat.
Sisa-sisa tanaman kopi arabika ini masih dijumpai di dataran tinggi ijen, Jawa Timur, Tanah Tinggi Toraja, Sulawesi Selatan, lereng bagian atas Bukit Barisan, Sumatera seperti Mandhailing, Lintong dan Sidikalang di Sumatera Utara dan dataran tinggi Gayo di Nangroe Aceh Darussalam.
Untuk mengatasi serangan hama karat daun kemudian Pemerintah Belanda mendatangkan jenis kopi liberica ke Indonesia pada tahun 1875 yang kemudian juga terkena penyakit karena ketahanannya yang kurang baik. Cita rasa kopi jenisnya ini juga sulit diterima masyarakat karena dianggap terlalu asam. Sisa tanaman Liberica saat ini masih dapat dijumpai di daerah Jambi, Jawa Tengah dan Kalimantan.
Usaha selanjutnya dari Pemerintah Belanda adalah dengan mendatangkan kopi jenis robusta tahun 1900, yang ternyata tahan terhadap penyakit karat daun dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang ringan. Selain itu jumlah produksinya jauh lebih tinggi.
Tak membutuhkan waktu lama, kopi Robusta pun berkembang pesat menggantikan jenis arabika khususnya di daerah-daerah dengan ketinggian di bawah 1000 meter di baah permukaan laut dan mulai menyebar ke seluruh daerah baik di Jawa, Sumatera maupun ke Indonesia bagian timur.
Sumber : VIVA.co.id
0 Comments