CyberKupi - Harga kopi Arabika di pasar global baru-baru ini mencetak rekor tertinggi, melampaui rekor sebelumnya yang telah bertahan selama hampir lima dekade. Lonjakan harga ini dipicu oleh kekhawatiran mendalam terkait pasokan global yang terancam.
Kontrak berjangka Arabika di ICE melonjak sebesar 4,1% menjadi $3,44 per pon, sempat mencapai $3,48 pada awal sesi perdagangan. Angka ini melampaui rekor sebelumnya, sekitar $3,356, yang tercatat pada tahun 1977.
Kekhawatiran terhadap panen tahun 2025 di Brasil menjadi pemicu utama kenaikan harga. Brasil, sebagai produsen utama, mengalami kekeringan terburuk dalam 70 tahun terakhir pada bulan Agustus dan September, yang kemudian disusul oleh hujan lebat di bulan Oktober. Meskipun hujan ini memicu pembungaan kopi yang baik, muncul kekhawatiran bahwa bunga tersebut mungkin tidak melekat dengan baik pada cabang, yang berpotensi menyebabkan penurunan produksi di musim mendatang.
Volcafe, salah satu pedagang kopi terkemuka, memangkas proyeksi produksi Arabika untuk tahun 2025-2026 hingga hampir 25%, menjadi 34,4 juta karung. Hal ini mengindikasikan tahun defisit kelima berturut-turut.
Kondisi cuaca ekstrem di negara-negara produsen utama, serta ketergantungan global pada pasokan dari wilayah dan negara yang relatif sedikit, turut memicu kenaikan harga komoditas lunak lainnya, termasuk Robusta dan Kakao. Keduanya juga mengalami kenaikan signifikan akibat tantangan dalam musim tanam di Vietnam (Robusta) dan masalah produksi global (Kakao).
Konsentrasi produksi kopi dan kakao di wilayah tropis yang sempit membuat komoditas ini sangat rentan terhadap kondisi cuaca buruk, terutama di Brasil dan Vietnam, yang menyumbang sekitar 56% produksi global. Bagi para blogger yang membahas komoditas, penting untuk terus memantau perkembangan ini dan dampaknya terhadap harga kopi di pasar lokal.
Sumber : wsj.com
0 Comments