Tanjung Pandan - Gaya meracik kopi masyarakat Belitung
yang masih dilakukan secara tradisional diyakini menjadi alasan mengapa
aroma wangi kopi di Belitung kuat dan hangatnya hasil seduhan kopi
bertahan lebih lama.
Air panas untuk menyeduh kopi masih direbus
di atas kompor tradisional yang berbahan bakar arang. Hal ini salah
satunya ditemukan di warung kopi Kong Djie yang terletak di Jalan
Siburik Barat, Kota Tanjung Pandan, Provisi Bangka Belitung (Babel).
Aida
(41), salah seorang karyawan warung kopi Kong Djie mengungkapkan, kopi
hasil racikannya dapat tetap hangat hingga lebih dari setengah jam.
"Kalau
pakai kompor gas pasti lain rasanya. Kalau pakai arang, aromanya lebih
wangi sama panasnya tahan lama," ujar perempuan yang telah bekerja di
warung kopi itu selama hampir 12 tahun imbuhnya.
Aida
mengatakan, biasanya setelah air yang digunakan untuk menyeduh kopi
mendidih, dia akan menyiapkan racikan kopi bubuk Badau dan arabika.
"Satu
setengah kilo kopi bubuk Badau dicampur lima sendok makan kopi
arabika," kata perempuan yang tinggal di Jalan Baru, Tanjung Pandan itu.
"Setelah air mendidih, masukkan racikan kopi, terus diaduk. Setelah itu diamkan sebentar dan disaring," tambah Aida.
Terakhir, lanjut Aida, baru campurkan racikan kopi tadi dengan bubuk cokelat secukupnya.
Menurut
dia, pelanggan datang setiap pagi di warung kopi yang telah berdiri
selama lebih dari 50 tahun itu. Terutama di hari Jumat, Sabtu dan
Minggu. Mereka, kata Aida, umumnya memesan kopi susu, benar-benar hanya
paduan antara kopi dan susu, tanpa tambahan gula.
Harga segelas
kopi susu di warung yang buka sejak pukul 5.30 hingga 19.00 itu ialah
Rp8.000, sementara untuk kopi hitam, Rp7.000.
"Kalau yang gelas kecil Rp5.000," kata Aida.
(ANTARA News)
0 Comments