Perang Linux di Warung Kopi Aceh



Oleh

Compbatant*

Dengan semakin pesatnya perkembangan wi-fi atau hotspot di aceh, ternyata membawa dampak negatif dan positif. Terutama free wi-fi yang hampir hadir di setiap warung kopi (label ulee kareng) dan café di aceh. Dari café satelit sampai café elit. Dari warung kopi standar aceh sampai warung kopi semi café. Dikampus, dikantor pemerintahan, hampir tiap sudut kota ada layanan internet nirkabel ini. Cukup dengan memesan secangkir kopi atau sanger, kita dapat menikmati wi-fi semampu kita nonggkrong. Salah satu dampak positifnya adalah bertambahnya pengguna open source di aceh. Pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Setidaknya para netter aceh memiliki banyak opsi ketika memilih operating system (OS) dalam hal ini linux. Tidak hanya berkiblat kepada OS Windows.

Hal ini bukanlah tanpa sebab, pengunaan linux dengan berbagai variannya terjadi karena para netter telah lebih peka terhadap sekuritas jaringan. Banyaknya kasus pembobolan account facebook/twitter/e-mail telah menyadarkan para netter level pemula terhadap pentingnya keamanan disisi user. Tidak hanya perkara pembobolan akun yang menjadi sebab bertambahnya pengguna open source. Adanya aplikasi netcut, tools sniffing, juga menjadi alasan mereka bermigrasi ke opensource. Sudah menjadi rahasia umum dikalangan netter bahwa aplikasi netcut (tuxcut di linux) dapat memotong paket data untuk user lain dalam 1 jaringan. Sehingga acapkali banyak user pemula yang merasa terganggu dengan sering disconnectnya jaringan yang bisa memutuskan download atau browsing. Tentu kita akan sangat terganggu saat tulisan “server not found” muncul. Geram. Meskipun user telah gonta-ganti browser dari internet explorer, opera, Mozilla, safari, chrome, sampai flock yang teranyar tetap tidak membawa perubahan.

Adanya proses arp poisoning dalam aksi sniffing juga ikut memperlambat kinerja browsing, bandwidth seperti mengalir kearah tertentu. Tentu yang diuntungkan adalah sipelaku yang doyan download, ia bisa meraup setengah bandwith bahkan lebih. Bila anda penggemar poker, chat facebook, apalagi suka game online sejenis point blank tentu jengkel bukan main. Rasanya ingin berteriak. Woi, siapa yang usil keluar sana. Lain halnya dengan user yang sudah familiar dengan jaringan, ia punya 1001 cara untuk mempercepat koneksi, mulai dari mengganti (Domain Name System) DNS sampai dengan menggunakan software pihak ketiga. Nah, dari situlah ide hacking bermunculan, dari yang sederhana dengan netcut, menjebol proteksi DNS terhadap situs xxx sampai melolosi mikrotik router. Ada saja caranya, bahkan sudah banyak yang bisa melakukan DDOS. Hal yang tidak gampang tentunya.

Menjamurnya kampus yang memiliki prodi teknik informatika (TI/IT) adalah salah satu sebab kebangkitan dunia opensource aceh. Meskipun pemerintah masih dalam tahapan wacana dengan Indonesia Go Opensource (IGOS-nya) , tetapi para mahasiswa telah maju selangkah dibanding pemerintah. Adik-adik kita di SMK jurusan IT juga tidak mau ketinggalan dalam aktivitas hacking. Dimana-mana ada seminar keamanan jaringan, linux, sampai hacking. Pun tidak tanggung-tanggung, pematerinya sekelas onno w purbo dan made wiryana.

Dari berbagai latar belakang diatas maka muncullah berbagai komunitas linux dan underground di aceh. Kita patut bangga dengan Komunitas Pengguna Linux Aceh (KPLI) aceh yang melahirkan linux blankon meuligoe, KPLI bireuen dengan project translate ubuntu bahasa aceh, dan tentu komunitas hacker aceh http://acehline.com sebagai salah satu barometer kemajuan IT aceh. Kini tidak lagi sulit menemukan web desainer/security analis/master SEO, bahkan pemegang license CISCO dan Mikrotik Router OS. Sungguh luar biasa untuk provinsi sekelas aceh.

Kembali ke persoalan perkembangan linux di aceh, timbul sebuah opini dikalangan linuxer bahwa dengan menngunakan opensource linux dapat mempercepat koneksi jaringan, bahkan lebih cepat dua kali lipat ketimbang saat menggunakan windows. Hal ini bisa jadi benar. Namun tidak dalam kapasitas saya untuk membahas sisi empirisnya. Tidak hanya persoalan kecepatan, kenyamanan browsing dan download juga tidak akan terganggu, karena arp poisoning dari windows sulit menembus linux. Dan yang paling menguntungkan bagi yang sudah menengah, penggunaan netcut tidak mempan terhadap linux. Tapi dengan menggunakan tuxcut (netcutnya linux) kita bisa memotong semua paket data user. Bahkan bisa mematikan router.

Dilevel menengah, para calon hacker aceh telah mulai bermain main dengan backtrack, ubuntu pentest, gentoo, etc. membobol sebuah jaringan yang terproteksi wpa/wep adalah suatu kebanggaan bagi mereka. Bagi yang sudah memahami bahasa pemograman tentu deface (dengan atau tanpa tools) untuk menguji kemampuan mereka dalam mengolah vulnerability web. Bila pada tataran pemula targetnya hanya membobol billing, menonaktifkan deepfreeze, membobol akun facebook untuk mencuri chip poker. Mungkin di level menengah mereka tengah sibuk dengan project deface atau ddos attacking, dimana tutorialnya sangat mudah kita temukan diberbagai forum. Jika kita tanyakan, website apa yang paling ingin mereka bobol, anda tahu jawabannya? http://www.acehprov.go.id . Mungkin mereka membayangkan bagaimana jika home page website pemprov aceh diganti foto gubernur irwandi dengan foto mereka.

Dalam hal pilihan opensource, sekarang tidak lagi terbatas pada ubuntu. Kini mereka telah mengenal dan familiar dengan backtrack, opensuse, kubuntu, fedora, mandriva, knoppix, hingga sabily yang merupakan ubuntu bernuansa islami. OS ini tidak hanya didapatkan dengan download, tetapi juga melalui fasilitas shipitubuntu, dimana distro ubuntu bisa didapatkan gratis (dikirim oleh canonical). Jangan bingung bila hari ini canonical merilis ubuntu versi baru, esok paginya telah beredar luas dikalangan pengguna linux. Alangkah pesatnya bukan?

Sebuah potensi yang harus diperhatikan dan digarap pemerintah. Potensi-potensi muda, meskipun mereka mengenal dengan sebab yang salah (mungkin) namun ini bisa menjadi lecutan bagi pemerintah terutama pemprov aceh. Dimana program AGOS (aceh go opensource) bisa mulai dilakukan di aceh. Berapa dollar yang bisa dihemat dan dialokasikan untuk sektor lain bila pemerintah menggalakkan penggunaan opensource diseluruh satuan kerja. Mitos bahwa kompatibilitas linux tidak sehebat windows telah runtuh. Linux, terutama ubuntu telah dilengkapi dengan open office dan software pendukung tidak kalah dengan windows. Beberapa perusahaan swasta yang telah menggunakan open office tidak memiliki masalah dengan produktifitas mereka. Bahkan dokumen dengan open office lebih aman dari virus. Virus di windows dapat kita hapus hanya dengan sekali klik di linux. Mungkin yang diperlukan hanya sedikit penyesuaian karena interfacenya sedikit berbeda, walaupun pada hakikatnya sama. Cukup dengan upgrading semua masalah selesai. Bukankah sebuah penghematan luar biasa terhadap APBA.

Sumberdaya manusia di bidang opensource yang dimiliki aceh telah lebih dari cukup. Mahasiswa IT lulusan diatas tahun 2000 telah sangat familiar dengan linux. Kampus-kampus dan SMK IT juga telah memberikan posisi istimewa kepada linux sebagai mata pelajaran paling diminati.

Linux bukan saja sebuah operating system alternatif, namun ia bisa menggantikan OS berbayar dengan segala kelebihannya. Update berkala dan long time support yang diberikan team linux patut kita jadikan alasan bahwa sudah saatnya kita pindah ke opensource.

Awalnya dari belajar linux dikampus, aplikasi di warung kopi. Perang linux dengan segala variannya telah membangkitkan spirit opensouce di aceh. Semoga gayung segera disambut pemerintah provinsi. Memperhatikan dan mendukung komunitas opensource. Akhirnya pemerintah akan menuai hasil dimana aceh adalah provinsi pertama di Indonesia yang mengganti semua OS berbayarnya dengan OS opensource. Prestasi yang membanggakan. Semoga. Kita tunggu saja apa kata pemerintah. Kepada teman-teman pengguna linux. Keep spirit opensource. Linux for human being. hehe

Post a Comment

0 Comments