KOPI JAGUNG

Peminum kopi generasi 90-an di daerah Jawa Timur seperti saya ini mengenal “kopi jitu”, kopine siji jagunge pitu. Istilah ini merujuk takaran satu gram kopi ditambah tujuh gram jagung.

Persoalan keterjangkauan harga kopi membuat pilihan terkadang jatuh pada kopi jagung. Perpaduan keduanya dimaksudkan untuk menambah massa dan menekan biaya produksi kopi. Biasanya, pilihan kopi yang digunakan jenis Robusta, karena harga kopi tersebut relatif murah bila dibandingkan dengan jenis Arabika. Belum lagi soal ketersediaan (stok) kopi Robusta yang lebih melimpah dibandingkan kopi Arabika.

Tradisi minum kopi jagung telah bertahan lama. Hal ini juga tak terlepas dari sejarah panjang penanaman kopi di Indonesia yang tak bisa dinikmati bangsa pribumi.

Kopi jagung merupakan perpaduan kopi dan jagung. Di desa-desa di Jawa Timur kopi jenis ini umum dinikmati. © Nody Arizona

Sejak kopi menjadi salah satu komoditi andalan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, biji-biji kopi yang dihasilkan oleh perkebunan hampir semuanya diekspor. Kopi-kopi yang berkualitas rendah dan tidak diekspor diberikan kepada buruh kebun untuk dijadikan minuman. Kopi-kopi ini lalu dikonsumsi masyarakat pribumi. Namun, karena kopi begitu berharga maka ditambahkan jagung, kadang pula dicampur beras.

Tradisi inilah yang kemudian dibawa dan tetap bertahan di Indonesia hingga saat ini. Beberapa warung kopi tradisional menggunakan sajian kopi jagung dan kopi beras (kopi dicampur beras) sebagai sajian khas warung mereka.

Golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang tak sanggup membeli kopi juga mempergunakan jagung sebagai pengganti kopi. Jagung disangrai hingga berwarna hitam, kemudian digiling halus dan disajikan sebagai minuman layaknya kopi. Soal rasa tentu jauh dari rasa kopi. Namun hal ini tak berpengaruh bagi mereka, karena yang penting rasanya sama-sama pahit, layaknya kopi.

Jagung sebenarnya memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Dalam kehidupan sehari-hari kita sekarang ini olahan jagung sering digunakan alternatif pengganti nasi. Harganya pun relatif lebih murah daripada beras. Hasil olahan jagung, banyak digunakan oleh industri-industri besar. Gula rendah kalori misalnya, produk gula tersebut, diolah dan diproduksi dari jagung sebagai bahan utamanya. Sayangnya, kopi jagung tidak begitu diterima di lidah para penikmat kopi masa kini yang mengkehendaki keaslian rasa kopi.

Era Kolonial Belanda sudah jauh kita tinggalkan, namun tradisi minum kopi jagung masih hidup di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu alasannya karena harganya yang relatif murah. Beberapa warung kopi di Madura, Jember, Situbondo, Surabaya, Malang dan beberapa derah di Jawa Timur hingga kini masih menjajakan sajian kopi jagung.

Tapi, tahukah kalian, bahwa sajian kopi jagung disarankan bagi orang yang menderita penyakit jantung.

Minumkopi.com

Post a Comment

0 Comments