Wagub Aceh Kritik Starbuck soal Kopi Gayo


PROF AHMAD HUMAM HAMID, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, melaporkan dari Seatle, Amerika Serikat

WAKIL Gubernur Aceh, Muzakir Manaf yang mengikuti acara Pameran International Specialty Coffee (8-11 April 2015) di Seatle, Amerika Serikat (AS), mempertanyakan hilangnya nama kopi arabika Gayo di pasar internasional. Hal itu dipertanyakan Wagub saat bertemu eksekutif gerai jaringan kopi terbesar di dunia, Starbuck, di kantor pusat mereka di Seatle, negara bagian Washington, AS.

Kedatangan Wagub ke pameran itu difasilitasi Kedubes RI untuk AS di Washington DC dan delegasi kopi Indonesia, dipimpin Wakil Duta Besar RI untuk AS, Arto Suryodipuro.

Wagub Muzakir menyampaikan kritik itu karena kopi arabika yang berasal dari Sumatera, lebih dari 70 persen jumlah yang diekspor, terutama ke AS, justru berasal dari Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Luas yang luas arealnya sekitar 100.000 ha. Tapi anehnya, kata Wagub, nama merek yang keluar justru Sumatra Mandailing Arabica. Hal ini tak ubahnya: kerbau punya susu, lembu punya nama. Padahal, luas areal kopi arabika Sumatera hanya sedikit di tempat lain di Sumatera Utara, seperti di Pakpak, Sidikalang, dan Lintong Danau Toba.

Wagub mengharapkan Starbuck selaku pembeli utama kopi Gayo, terutama melalui Koperasi Babur Rayyan, dapat mulai menghargai Gayo sebagai produsen terbesar kopi arabika di Sumatera. Dalam keluhannya kepada Wakil CEO Global Coffee Starbuck, Craig Russel, Wagub Muzakir mengatakan bahwa para bupati dari ketiga kabupaten di wilayah tengah Aceh itu dan pemuka masyarakatnya meminta Wagub menyampaikan pesan mereka agar Starbuck dapat menghargai kerja keras para petani Gayo. Sekaligus menyampaikan dengan jujur asal kopi yang mereka minum kepada konsumen kopi di Amerika dan konsumen Starbuck lainnya.

Wagub mengakui persoalan nama kopi itu tak lain dari permainan dan ulah pedagang kopi. Apalagi kopi dari Gayo itu pintu ekspornya adalah Sumut. Namun demikian, Wagub tetap meminta Starbuck melakukan sesuatu agar nama kopi gayo muncul, baik di kalangan konsumen Starbuck, maupun dalam pemasaran kopi internasional.

Pernyataan Wagub Aceh itu membuat peserta pertemuan mendadak hening. Tapi kemudian, dalam tanggapannya Craig Russel mengatakan sampai saat ini dia hanya bisa mengatakan bahwa strategi promosi dan pemasaran Starbuck ke depan adalah lebih banyak mengetengahkan cerita tentang petani kopi, daerah penghasil, dan berbagai cerita lain yang terjadi mulai dari panen kopi, sampai ia dihidangkan.

Keikutsertaan Wagub pada Pameran International Specialty Coffee ini merupakan bagian terakhir dari rangkaian kunjungannya ke AS yang dimulai 31 Maret lalu. Perjalanan Muzakir Manaf ini merupakan penugasan dari Gubernur Zaini Abdullah untuk mengikuti Workshop Forum Gubernur untuk Perubahan Iklim dan Kehutanan yang berlangsung 31 Maret-2 April di Sacramento, California. Dalam kunjungan Wagub Aceh ini, saya dipercaya sebagai pendampingnya.

Hutan dan kesejahteraan :

Dalam Roundtable Workshop Forum Gubernur untuk Perubahan Iklim dan Kehutanan, Wagub Aceh menyampaikan keadaan terakhir kehutanan di Aceh dan sejumlah rencana lanjutan untuk mengantisipasi tantangan ke depan, berikut dengan penguatan masyarakat lokal, pemerintah lokal, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya.

Ia juga mengharapkan berbagai aliran dana masyarakat internasional untuk konservasi dan penguatan masyarakat lokal sebagai bentuk antisipasi terhadap konservasi dan pemanasan global. Dana itu idealnya disalurkan langsung melalui sebuah forum lokal bersama yang terdiri atas pemerintah lokal, universitas lokal, pemuka masyarakat sipil, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya.

Forum ini merupakan forum yang terdiri atas 26 negara bagian dan provinsi dari negara Brasil, Peru, Meksico, Indonesia, Nigeria, AS, dan Spanyol yang dibentuk untuk merespons tantangan global tentang perubahan iklim, kehutanan, dan kesejahteraan masyarakat.

Keamanan dan investasi:

Pada 5 April, Wagub berkunjung ke Departemen Luar Negeri (Deplu) AS dan diterima oleh Direktur Asia Tenggara, James Carouso dan staf. Kedatangan Wagub ke Deplu AS ini dimaksudkan untuk menyampaikan terima kasih Pemerintah dan masyarakat Aceh atas perhatian dan bantuan Pemerintah AS selama ini. Termasuk membantu pelatihan reintegrasi eks kombatan melalui kerja sama antara UIN Ar-Raniry dan Universitas Columbia, New York.

Dalam pembicaraan dengan Carouso, sempat disinggung tentang prospek investasi dan pembangunan yang merupakan pekerjaan besar pemerintah dan rakyat Aceh. Muzakir mengakui tantangan yang begitu besar sedang dihadapi, apalagi setelah penerimaan dari sektor migas menurun drastis dalam tahun-tahun terakhir.

Ketika disinggung oleh Carouso apakah penerapan syariat Islam akan menjadi penghalang bagi investasi di Aceh, Muzakir menjawab bahwa Islam di Aceh adalah Islam moderat dan sudah sangat terbiasa berinteraksi dengan berbagai bangsa selama berabad-abad.

Lebih lanjut ia timpali, “Masyarakat Aceh adalah masyarakat Islam yang menghargai manusia, apa pun bangsa dan kepercayaan mereka, karena inti ajaran Islam yang diyakini masyarakat Aceh menempatkan penghargaan tertinggi kepada manusia dan kemanusiaan.”

Sumber : Serambi Indonesia

Post a Comment

0 Comments